Perkembangan eSport, 5 Tahun ke depan akankah Muncul 'Lionel Messi' & 'Cristiano Ronaldo' Virtual?
Para pencinta game pasti sudah familier dengan istilah electronic sport (olahraga elektronik) atau eSport, yang merupakan sebutan untuk kompetisi game berbasis sistem elektronik. Kompetisinya pun melibatkan pemain game profesional terbaik dari seluruh dunia serta vendor game ternama.
Meskipun tergolong baru, turnamen ini memiliki penggemar yang cukup besar. Februari lalu, berlangsung final Intel Extreme Masters (semacam Olimpiade tahunan) kelima kalinya di Stadion Spodec, Kotawice, Polandia. Ribuan orang berkumpul menyaksikannya. Tercatat 173.500 orang hadir saat itu dan lebih dari 46 juta pemirsa menonton secara online. Angka ini naik 35 persen dari tahun sebelumnya. Tak hanya disuguhi pertandingan, penonton juga dapat melihat pameran game dari berbagai vendor.
Katowice telah menjadi kota impian bagi semua gamer profesional. Kesempatan untuk hadir dalam kompetisi bergengsi seperti itu, menang serta mendapatkan hadiah dan penggemar, merupakan motivasi yang membuat gamer terus tekun memperbaiki kualitas dirinya. Karena bertanding sebagai tim, kerja sama menjadi harga mati untuk membawa pulang gelar juara.
Berkunjung ke Seoul
Jika Anda ingin merasakan suasana eSport yang nyata, berkunjunglah ke Seoul, Korea Selatan yang merupakan tempat lahirnya olahraga otak ini. Hal yang lazim bila Anda menemukan banyak anak muda yang bermain game online sepanjang malam di kafe game. Kebanyakan dari mereka memainkan Dota 2 atau League of Legend yang memiliki tingkat kesulitan tinggi. Yang lainnya hanya memainkan FIFA atau Counter-Strike.
Pemerintah Korea Selatan sendiri memberi perhatian serius pada olahraga elektronik dengan mendirikan Poni PC, apalagi jaringan internet di sini termasuk tercepat dan terlengkap di dunia. Jun Byung-hun, direktur International eSports Federation, bahkan berambisi menjadikan eSport semakin dikenal oleh dunia. Meskipun game sering diklaim sebagai faktor turunnya nilai siswa, sekolah tinggi politeknik Ahyeon menyediakan kafe game di mana siswanya bisa bermain dengan leluasa. Dengan perjanjian, mereka tetap fokus pada pelajaran.
'Lionel Messi' & 'Cristiano Ronaldo' Virtual?
Selain di Korea, electronic sport juga berkembang pesat di Inggris. Salah satu tim game terkenal, Fnatic atau dikenal sebagai Bunkr, telah menjadi salah satu tim paling sukses di dunia. Mereka telah bersaing di lebih dari 600 turnamen dalam beberapa game seperti Counter-Strike, Dota 2, Call Of Duty, Overwatch dan League of Legend.
Bahkan kompetisi ini mulai dilirik klub sepakbola besar seperti Manchester City dan Paris Saint-German. Mereka membentuk tim game untuk bermain dan melibatkannya dalam kompetisi. Alasannya, keuntungannya sangat menggiurkan. Pendapatan diperkirakan akan meningkat dari USD130 juta menjadi USD465 juta di 2017.
Penonton global pun diprediksi semakin meningkat. Bintang-bintang olahraga elektronik seperti atlet asal Korea Selatan, Faker, bahkan dibayar £2 juta per tahun. Jumlah tersebut belum termasuk bonus dan sponsor yang diberikan. Dengan bayaran tinggi, bisa saja dalam 5 tahun ke depan pemain game dapat menjadi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo di dunia virtual.
Perkembangan eSport di Indonesia sendiri kian menjanjikan terutama peluang bagi pelaku industri terkait meraup keuntungan. Permainan League of Legends misalnya, telah memiliki 70 juta pelanggan aktif setiap bulannya. Bahkan ada kompetisi nasional yang rutin digelar.
Banyak gamer di Indonesia yang mulai mengelola tim bagaikan perusahaan profesional. Mereka mencari sponsor, melatih atlet, dan mengikuti berbagai turnamen internasional. Sayangnya, ekosistem eSports di Indonesia belum sebaik di Korea Selatan atau Amerika. Untuk itu, diharapkan ada perhatian serius dari pemerintah karena ke depannya industri berbasis game digital akan semakin dilirik sebagai investasi.
Meskipun tergolong baru, turnamen ini memiliki penggemar yang cukup besar. Februari lalu, berlangsung final Intel Extreme Masters (semacam Olimpiade tahunan) kelima kalinya di Stadion Spodec, Kotawice, Polandia. Ribuan orang berkumpul menyaksikannya. Tercatat 173.500 orang hadir saat itu dan lebih dari 46 juta pemirsa menonton secara online. Angka ini naik 35 persen dari tahun sebelumnya. Tak hanya disuguhi pertandingan, penonton juga dapat melihat pameran game dari berbagai vendor.
Katowice telah menjadi kota impian bagi semua gamer profesional. Kesempatan untuk hadir dalam kompetisi bergengsi seperti itu, menang serta mendapatkan hadiah dan penggemar, merupakan motivasi yang membuat gamer terus tekun memperbaiki kualitas dirinya. Karena bertanding sebagai tim, kerja sama menjadi harga mati untuk membawa pulang gelar juara.
Berkunjung ke Seoul
Sumber : http://www.usgamer.net/
Jika Anda ingin merasakan suasana eSport yang nyata, berkunjunglah ke Seoul, Korea Selatan yang merupakan tempat lahirnya olahraga otak ini. Hal yang lazim bila Anda menemukan banyak anak muda yang bermain game online sepanjang malam di kafe game. Kebanyakan dari mereka memainkan Dota 2 atau League of Legend yang memiliki tingkat kesulitan tinggi. Yang lainnya hanya memainkan FIFA atau Counter-Strike.
Pemerintah Korea Selatan sendiri memberi perhatian serius pada olahraga elektronik dengan mendirikan Poni PC, apalagi jaringan internet di sini termasuk tercepat dan terlengkap di dunia. Jun Byung-hun, direktur International eSports Federation, bahkan berambisi menjadikan eSport semakin dikenal oleh dunia. Meskipun game sering diklaim sebagai faktor turunnya nilai siswa, sekolah tinggi politeknik Ahyeon menyediakan kafe game di mana siswanya bisa bermain dengan leluasa. Dengan perjanjian, mereka tetap fokus pada pelajaran.
'Lionel Messi' & 'Cristiano Ronaldo' Virtual?
Sumber : https://www.sportsjoe.ie/
Selain di Korea, electronic sport juga berkembang pesat di Inggris. Salah satu tim game terkenal, Fnatic atau dikenal sebagai Bunkr, telah menjadi salah satu tim paling sukses di dunia. Mereka telah bersaing di lebih dari 600 turnamen dalam beberapa game seperti Counter-Strike, Dota 2, Call Of Duty, Overwatch dan League of Legend.
Bahkan kompetisi ini mulai dilirik klub sepakbola besar seperti Manchester City dan Paris Saint-German. Mereka membentuk tim game untuk bermain dan melibatkannya dalam kompetisi. Alasannya, keuntungannya sangat menggiurkan. Pendapatan diperkirakan akan meningkat dari USD130 juta menjadi USD465 juta di 2017.
Penonton global pun diprediksi semakin meningkat. Bintang-bintang olahraga elektronik seperti atlet asal Korea Selatan, Faker, bahkan dibayar £2 juta per tahun. Jumlah tersebut belum termasuk bonus dan sponsor yang diberikan. Dengan bayaran tinggi, bisa saja dalam 5 tahun ke depan pemain game dapat menjadi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo di dunia virtual.
Perkembangan eSport di Indonesia sendiri kian menjanjikan terutama peluang bagi pelaku industri terkait meraup keuntungan. Permainan League of Legends misalnya, telah memiliki 70 juta pelanggan aktif setiap bulannya. Bahkan ada kompetisi nasional yang rutin digelar.
Banyak gamer di Indonesia yang mulai mengelola tim bagaikan perusahaan profesional. Mereka mencari sponsor, melatih atlet, dan mengikuti berbagai turnamen internasional. Sayangnya, ekosistem eSports di Indonesia belum sebaik di Korea Selatan atau Amerika. Untuk itu, diharapkan ada perhatian serius dari pemerintah karena ke depannya industri berbasis game digital akan semakin dilirik sebagai investasi.
No comments: